penulis Al-Ustadzah
Ummu Ishaq Al-Atsariyyah
Pihak ketiga
selama ini dianggap faktor utama yg memicu pertikaian dlm rumah tangga. Namun
jika kita telisik lbh dlm sejati segala ketakserasian yg terjadi lbh disebabkan
akhlak dan perilaku suami atau istri sendiri. Sikap-sikap yg jauh dari
tuntunan agama yg dipraktikkan alhasil memupuk tiap perselisihan antara suami
dan istri yg kemudian menumbuhkan konflik yg bisa berbuah perceraian.
Dalam
Al-Qur`an yg mulia termaktub sebuah ayat yg berbunyi:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Sungguh engkau berbudi pekerti yg agung.”
Ayat ini memuat pujian Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasul-Nya yg pilihan
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kenyataan memang tdk ada manusia yg lbh
sempurna akhlak daripada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai suatu
anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yg telah memberi taufik kepada beliau.
Tidak ada satu pun kebagusan dan kemuliaan melainkan didapatkan pada diri
beliau dlm bentuk yg paling sempurna dan paling utama. Hal ini pun diakui oleh
para sahabat yg menyertai hari-hari beliau sebagaimana dinyatakan Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam manusia yg paling bagus
akhlaknya.”
Bagaimana Anas tdk memberikan sanjungan yg demikian sementara ia telah
berkhidmat pada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak usia sepuluh tahun
dan terus menyertai beliau selama 9 tahun.1 tdk pernah sekalipun ia mendapat
hardikan dan kata-kata kasar dari Nabi yg mulia ini.
فَخَدَمْتُهُ فِي السَّفَرِ وَالْحَضَرِ، وَاللهِ مَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ
صَنَعْتُهُ: لِمَ صَنَعْتَ هَذَا هَكَذَا؟ وَلاَ لِشَيْءٍ لـَمْ أَصْنَعْهُ: لِمَ
لَمْ تَصْنَعْ هَذَا هَكَذَا؟
“Aku berkhidmat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika safar maupun tidak.
Demi Allah terhadap suatu pekerjaan yg terlanjur aku lakukan tdk pernah beliau
berkata ‘Kenapa engkau lakukan hal tersebut demikian?’ Sebalik bila ada suatu
pekerjaan yg belum aku lakukan tdk pernah beliau berkata ‘Mengapa engkau tdk
lakukan demikian?’.”
Demikian pengakuan Anas radhiyallahu ‘anhu.
Kata Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu: “Dalam hadits ini ada keterangan tentang
sempurna akhlak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagus pergaulan kesabaran yg
luar biasa kemurahan hati dan pemaafannya.”
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika dita oleh Sa’d bin Hisyam bin
Amir tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia menjawab:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ، أَمَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَوْلَ اللهِ سُبْحَانَهُ
وَتَعَالَى : ؟
“Akhlak beliau adl Al-Qur`an. Tidakkah engkau membaca firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala ‘Sungguh engkau berbudi pekerti yg agung’?”
Gambaran apa saja yg diperintahkan Al-Qur`an beliau lakukan. Dan apa saja yg
dilarang Al-Qur`an beliau tinggalkan. Selain memang Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah menciptakan beliau dgn tabiat dan akhlak yg mulia seperti rasa malu
dermawan berani penuh pemaafan sangat sabar dan lain sebagai dari perangai-perangai
yg baik.
Kebagusan akhlak ini tampak dari diri beliau ketika bergaul dgn istri sanak
famili sahabat masyarakat bahkan dgn musuhnya. tdk heran masyarakat Quraisy yg
paganis ketika itu memberi gelar pada beliau Al-Amin orang yg terpercaya jujur
tdk pernah dusta lagi amanah sebagai bentuk pengakuan terhadap salah satu
pekerti beliau yg mulia.
Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersama Istrinya
Keberadaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin tiap hari
tersibukkan dgn beragam persoalan umat mengurusi dan membimbing mereka bukanlah
menjadi alasan beliau utk tdk meluangkan waktu membantu istri di rumah. Bahkan
didapati beliau adl orang yg perhatian terhadap pekerjaan di dlm rumah
sebagaimana persaksian Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika dita tentang apa yg
dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dlm rumah. Aisyah
radhiyallahu ‘anha mengatakan:
كاَنَ يَكُوْنُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ - تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ - فَإِذَا
حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ
“Beliau biasa membantu istrinya. Bila datang waktu shalat beliau pun keluar utk
menunaikan shalat.”
Beliau ikut turun tangan meringankan pekerjaan yg ada seperti kata istri beliau
Aisyah radhiyallahu ‘anha:
كَانَ بَشَرًا مِنَ الْبَشَرِ، يَفْلِي ثَوْبَهُ وَيَحْلُبُ شَاتَهُ وَيَخْدُمُ
نَفْسَهُ
“Beliau manusia sebagaimana manusia yg lain. Beliau membersihkan pakaian
memerah susu kambing dan melayani diri sendiri.”
Sifat penuh pengertian kelembutan kesabaran dan mau memaklumi keadaan istri
amat lekat pada diri Rasul. Aisyah radhiyallahu ‘anha berbagi cerita tentang
kasih sayang dan pengertian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدِي
جَارِيَتَانِ تُغَنِّيَانِ بِغِنَاءِ بُعَاثَ، فَاضْطَجَعَ عَلَى الْفِرَاشِ
وَحَوَّلَ وَجْهَهُ. وَدَخَلَ أَبُوْ بَكْرٍ فَانْتَهَرَنِي وَقَالَ: مِزْمَارَةُ
الشَّيْطَانِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَأَقْبَلَ
عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: دَعْهُماَ.
فَلَمَّا غَفَلَ غَمَزْتُهُمَا فَخَرَجَتَا
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumahku sementara di sisiku
ada dua budak perempuan yg sedang berdendang dgn dendangan Bu’ats2. Beliau
berbaring di atas pembaringan dan membalikkan wajahnya. Saat itu masuklah Abu
Bakr. Ia pun menghardikku dgn berkata ‘Apakah seruling setan dibiarkan di sisi
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menghadap ke arah Abu Bakr seraya berkata ‘Biarkan keduanya’.3 Ketika
Rasulullah telah tertidur aku memberi isyarat kepada kedua agar menyudahi
dendangan dan keluar. Kedua pun keluar.”
وَكَانَ يَوْمُ عِيْدٍ يَلْعَبُ السُّوْدَانُ بِالدَّرَقِ وَالْحِرَابِ، فَإِمَّا
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِمَّا قَالَ:
تَشْتَهِيْنَ تَنْظُرِيْنَ؟ فَقُلْتُ: نَعَمْ، فَأَقَامَنِي وَرَاءَهُ، خَدِّي
عَلَى خَدِّهِ، وَهُوَ يَقُوْلُ: دُوْنَكُمْ ياَ بَنِي أَرْفِدَةَ. حَتَّى إِذَا
مَلِلْتُ، قَالَ: حَسْبُكِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: فَاذْهَبِي
“Biasa pada hari raya orang2 Habasyah bermain perisai dan tombak . Aku yg
meminta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sendiri menawarkan
dgn berkata ‘Apakah engkau ingin melihat permainan mereka?’ ‘Iya’ jawabku.
Beliau pun memberdirikan aku di belakang pipiku menempel pada pipi beliau.
Beliau berkata: ‘Teruskan wahai Bani Arfidah4.’ Hingga ketika aku telah jenuh
beliau berta ‘Cukupkah?’ ‘Iya’ jawabku. ‘Kalau begitu pergilah’ kata beliau.”
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Dalam hadits ini ada keterangan
tentang sifat yg dimiliki Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa
penyayang penuh kasih berakhlak yg bagus dan bergaul dgn baik terhadap keluarga
istri dan selain mereka.”
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu saat menafsirkan ayat: وَعَاشِرُوْهُنَّ
بِالْمَعْرُوْفِ menyatakan “Termasuk akhlak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
beliau sangat baik hubungan dgn para istri beliau. Wajah senantiasa
berseri-seri suka bersenda gurau dan bercumbu rayu bersikap lembut terhadap
mereka dan melapangkan mereka dlm hal nafkah serta tertawa bersama istri-istrinya.
Sampai-sampai beliau pernah mengajak Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha
berlomba lari utk menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau terhadapnya.”
Ummul Mukminin Shafiyyah radhiyallahu ‘anha berkisah bahwa suatu malam ia
pernah mengunjungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat sedang i’tikaf
di masjid pada sepuluh hari yg akhir dari bulan Ramadhan. Shafiyyah berbincang
bersama beliau beberapa waktu. Setelah ia pamitan utk kembali ke rumahnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bangkit utk mengantarkan istrinya.
Hingga ketika sampai di pintu masjid di sisi pintu rumah Ummu Salamah lewat dua
orang dari kalangan Anshar kedua mengucapkan salam lalu berlalu dgn segera.
Melihat gelagat seperti itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegur
kedua “Pelan-pelanlah kalian dlm berjalan tdk usah terburu-buru seperti itu krn
tdk ada yg perlu kalian khawatirkan. Wanita yg bersamaku ini Shafiyyah bintu
Huyai istriku.” Kedua menjawab “Subhanallah wahai Rasulullah tidaklah kami
berprasangka jelek padamu.” Beliau menanggapi “Sesungguh setan berjalan pada
diri anak Adam seperti beredar darah dan aku khawatir ia melemparkan suatu
prasangka di hati kalian.”
Akhlak Mulia
dlm Rumah Tangga
Tuturan di atas hendak memberikan gambaran kepada pembaca tentang indah rumah
tangga seorang muslim yg memerhatikan akhlak mulia dlm pergaulan suami
istri sebagaimana rumah tangga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi
seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan
santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun
hal yg sama sulit ia lakukan di dlm rumah tangganya. Ada orang yg bisa bersikap
pemurah kepada orang lain ringan tangan dlm membantu suka memaafkan dan
berlapang dada namun giliran berhadapan dgn “orang rumah” istri ataupun anak
sikap seperti itu tdk tampak pada dirinya.
Menyinggung akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarga mk
hal ini tdk hanya berlaku kepada para suami sehingga para istri merasa suami
sajalah yg tertuntut utk berakhlak mulia kepada istrinya. Sama sekali tdk dapat
dipahami seperti itu. Karena akhlak mulia ini harus ada pada suami dan
istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang
suamilah yg paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah
tangga krn dia sebagai qawwam sebagai pimpinan. Kemudian dia tertuntut utk
mendidik anak istri di atas kebaikan sebagai upaya menjaga mereka dari api neraka
sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا
وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ
يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang2 yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api
neraka yg bahan bakar adl manusia dan batu penjaga malaikat-malaikat yg kasar
yg keras yg tdk pernah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.”
Seorang istri pun harus memerhatikan perilaku kepada sang suami sebagai
pemimpin hidupnya. tdk pantas ia “menyuguhi” suami ucapan yg kasar sikap
membangkang membantah dan mengumpat. tdk semesti ia tinggi hati terhadap suami
dari mana pun keturunan seberapa pun kekayaan dan setinggi apa pun
kedudukannya. tdk boleh pula ia melecehkan keluarga suami menyakiti orang tua
suami menekan suami agar tdk memberikan nafkah kepada orang tua dan
keluarganya.
Kenyataan banyak kita dapati istri yg berani kepada suaminya. tdk segan saling
berbantah dgn suami bahkan adu fisik. Ia tdk merasa berdosa ketika membangkang
pada perintah suami dan tdk menuruti kehendak suami. Ia merasa tenang-tenang
saja ketika hak suami ia abaikan. Ia menganggap biasa perbuatan menyakiti
mertua. Ia tekan suami agar tdk memberi infak pada keluarganya. Ia mengumpat ia
mencela ia menyakiti Istri yg seperti ini gambaran jelas bukan istri yg
berakhlak mulia dan bukanlah istri shalihah yg dinyatakan dlm hadits Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguh dunia itu adl perhiasan5 dan sebaik-baik perhiasan dunia adl
wanita/istri shalihah.”
Dan bukan istri yg digambarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhuma:
أَلاَ أُخْبِرُكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ،
إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِذَا غَابَ
عَنْهَا حَفِظَتْهُ
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang
lelaki yaitu istri shalihah yg bila dipandang akan menyenangkannya6 bila
diperintah7 akan menaatinya8 dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga harta
dan keluarganya.”
Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu menyatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memandang perlu memberi kabar gembira kepada para sahabat tentang
perbendaharaan harta mereka yg terbaik di mana harta ini lbh baik dan lbh kekal
yaitu istri yg shalihah yg cantik lahir batin. Karena istri yg seperti ini akan
selalu menyertai suaminya. Bila dipandang suami ia akan menyenangkannya. Ia
tunaikan kebutuhan suami bila suami membutuhkannya. Ia dapat diajak
bermusyawarah dlm perkara suami dan ia akan menjaga rahasia suaminya. Bantuan
kepada suami selalu diberikan ia menaati perintah suami. Bila suami sedang
bepergian meninggalkan rumah ia akan menjaga diri harta suami dan anak-anaknya.
Oleh krn itu wahai para istri perhatikanlah akhlak kepada suami dan kerabatnya.
Ketahuilah akhlak yg baik itu berat dlm timbangan nanti di hari penghisaban dan
akan memasukkan pemilik ke dlm surga sebagaimana dikabarkan dlm hadits berikut
ini. Abud Darda` z mengabarkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda:
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ
حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ اللهَ يُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِئَ
“Tidak ada sesuatu yg lbh berat dlm timbangan seorang mukmin kelak di hari
kiamat daripada budi pekerti yg baik. Dan sungguh Allah membenci orang yg suka
berkata keji berucap kotor/jelek.”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا
يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ، قاَلَ: تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ. وَسُئِلَ
عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ، قَالَ: الْفَمُ وَالْفَرْجُ
“Rasulullah dita tentang perkara apa yg paling banyak memasukkan orang ke dlm
surga. Beliau menjawab ‘Takwa kepada Allah dan budi pekerti yg baik.’ Ketika
dita tentang perkara yg paling banyak memasukkan orang ke dlm neraka beliau
jawab ‘Mulut dan kemaluan’.”
Bagi para suami hendak pula memerhatikan pergaulan dgn istri krn Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ
خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
“Mukmin yg paling sempurna iman adl yg paling baik akhlak dan sebaik-baik
kalian adl yg paling baik terhadap istri-istrinya.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
1 Kata Anas
radhiyallahu ‘anhu:
خَدَمْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِسْعَ سِنِيْنَ ..
“Aku berkhidmat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selama sembilan
tahun.”
2 Bu’ats adl hari yg masyhur di antara hari-hari yg berlangsung dlm sejarah
orang Arab. Pada hari tersebut terjadi peperangan besar antara Aus dan Khazraj.
Peperangan antara kedua terus berlangsung selama 120 tahun sampai datang Islam.
Syair yg didendangkan dua anak perempuan tersebut berbicara tentang peperangan
dan keberanian. Sementara keberanian diperlukan utk membantu agama ini. Adapun
nyanyian yg menyebutkan perbuatan keji perbuatan haram dan ucapan yg mungkar mk
terlarang dlm syariat ini. Dan tdk mungkin nyanyian seperti itu didendangkan di
hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau diam tdk
mengingkarinya.
3 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan istri mendengarkan
dendangan tersebut krn hari itu bertepatan dgn hari raya . Sementara pada hari
raya diperkenankan bagi kaum muslimin utk menampakkan kegembiraan bahkan hal
ini termasuk syiar agama selama dlm koridor syariat tentunya. Dan hadits ini
bukanlah dalil utk menyatakan boleh bernyanyi dan mendengarkan nyanyian baik
dgn alat ataupun tanpa alat sebagaimana anggapan kelompok Sufi.
4 Sebutan utk orang2 Habasyah
5 Tempat utk bersenang-senang.
6 Karena keindahan dan kecantikan secara lahir krn kebagusan akhlak secara
batin atau krn dia senantiasa menyibukkan diri utk taat dan bertakwa kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
7 Dengan perkara syar’i atau perkara biasa.
8 Mengerjakan apa yg diperintahkan dan melayaninya.
Sumber:
www.asysyariah.com
0 komentar:
Posting Komentar