“Sebaik-baik wanita pada zamannya adalah
Maryam putri Imran dan sebaik-baik wanita dari umatnya adalah Khadijah.”
(HR Bukhari-Muslim)
Jika ada perempuan yang mampu membuat Aisyah cemburu besar maka ia adalah
Khadijah. Jika ada perempuan yang mampu membuat Rasulullah mengingatnya
sepanjang waktu, bahkan ketika beliau dengan istri-istrinya maka Khadijah lah
orangnya, dan hanya dengan Khadijahlah Rasulullah bermonogami.
Kisah tentang wanita mulia
Ummul-Mukminat Khadijah r.a. merupakan kisah yang penuh dengan kemuliaan, kisah
yang penuh dengan teladan. Tinta-tinta sejarah telah mencatata keistimewaan
yang dimilikinya. Ia meninggalkan teladan indah untuk para mukminah, bukan
hanya dalam ber-akhlakul karimah tetapi juga bagaimana ia beribadah,
berkeluarga, dan bermuamalah.
Segala keitimewaan yang dimilikinya
menjadikan ia perempuan beruntung sepanjang masa. Ia mendapatkan cinta sejati
dari kekasih Allah. Bahkan ia wanita pertama yang mendapatkan berita masuk
syurga serta mendapatkan ucapan salam dari Allah Swt.
Keistimewaan tersebut sesungguhnya tidak
serta merta datang kepada ibunda kita Khadijah, namun hal tersebut karena ia begitu
mempesona. Ia dengan penuh kerelaan mengorbankan harta dan jiwanya untuk dakwah
Rasulullah. Dengan kematangan, kebijaksanaan, dan integritas dirinya, Khadijah
menyokong, membangkitkan tekad, dan mengobarkan semangat dakwah Rasul. Cintanya
yang besar mampu memberikan yang terbaik kepada Rasulullah sehingga sang
suamipun amat mencintainya.
Akhlak khadijah semestinya dijadikan
gambaran bagaimana semestinya seorang istri bersikap kepada suminya, sehingga
sang istri menjadi perempuan yang mampu memberikan kebahagian kepada
keluarganya dan akhirnya terbentuklah keluarga yang sakinah, mawadah, dan
rahmah. Berikut di bawah ini beberapa sifat khadijah yang dapat dijadikan uswah
bagi para istri dalam usahanya untuk menjadi perempuan istimewa bagi suaminya.
MENERIMA SUAMI APA ADANYA. Inilah
teladan yang pertama yang diajarkannya. Sebagaimana yang tercatat dalam
sejarah, Khadijah merupakan wanita kaya raya di seantero mekkah. Dengan harta
dan kecantikan yang dimilikinya banyak laki-laki yang hendak meminangnya. Tetapi
khadijah lebih memilih Muhamad yang tidak memiliki apa-apa. Kemiskinan muhamad
tidak membuat kahadijah malu. Ia bergitu mencintai dan siap menerima Muhammad
apa adanya. Bagi Khadijah harta bukanlah segalanya, namun kebaikan, dan
kesalihan Rasulullah-lah yang menjadi pilihan utamanya.
SELALU ADA KETIKA SUAMI MEMBUTUHKAN.
Selama bersama Rasulullah, Khadijah selalu bersama dengan beliau dalam suka
maupun duka. Bahkan ketika terjadi pemboikotan yang dilakukan oleh orang
Quraisy, ia menjadi teman yang sangat setia. Tidak pernah sedikit pun ia
mengeluh atas semua yang terjadi pada keluarganya.
PENUH KASIH SAYANG DAN PERHATIAN KEPADA
SUAMI. Inilah yang sesunguhnya dibutuhkan oleh para suami, termasuk Rasulullah.
Khadijah perempuan yang memiliki cinta suci ini mampu mencurahkan perhatian dan
kasih sayangnya kepada Rasulullah sehingga beliau tidak pernah menyakiti istri
yang sangat dicintainya itu. Rasulullah bahkan bersabda, “Sesungguhnya aku
telah diberi karunia dengan cintanya Khadijah kepadaku.” (HR Muslim)
RELA BERKORBAN DEMI MEMBELA SUAMI.
Khadijah mengajarkan kita untuk belajar memberikan yang terbaik kepada suami,
berusaha memberikan semua yang dimiliki jika suami membutuhkan. Dengan
kedermawanannya, Khadijah sanggup memberikan hartanya demi kepentingan dakwah
Rasulullah. Rasulullah saw. berkata, “(Khadijah) beriman ketika orang-orang
kafir kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia
membantuku dengan hartanya ketika orang-orang mengahalangiku.”
BERKATA BIJAK DAN MENENANGKAN. Keistimewaan
Khadijah yang lain adalah memiliki sikap lembut dalam bertutur kata dan
bersikap sehingga yang dikeluarkan dari lisannya hanyalah perkataan lembut dan
menenangkan hati Rasulullah. Perhatikanlah tutur kata Khadijah ketika terjadi
peristiwa turun wahyu pertama yang membuat Rasulullah lari ketakutan. kahdijah
berkata, “Jangan khawatir, berbahagialah, sesungguhnya Allah tidak mungkin akan
menghinakanmu dengan kejadian itu. Selama ini, engkau selalu menyambung
silaturahmi, jujur dalam berbicara, meringankan beban orang lain yang
kesusahan, membantu orang lemah, menghormati tamu, dan mendukung setiap hal
yang mengandung kebenaran.”
MENDIDIK ANAK-ANAK DENGAN BAIK. Salah
satu keistimewaan Khadijah dibanding istri Rasulullah yang lain adalah dari
Khadijahlah Rasulullah mendapatkan keturunan. Nabi saw. berkata: “Allah
mengaruniaiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari istri-istriku
yang lain.”
Bukah hanya itu saja. Walau usianya
sudah tua, ia mampu mendidik putri-putri mereka dengan penuh cinta dan kemulian
hingga putri-putri Rasulullah memiliki akhlak yang baik dan keimanan yang kuat,
BERGAUL BAIK DENGAN SUAMI. Tidak pernah
diceritakan kisah yang jelek mengenai pernikahan Khadijah dan Rasulullah. Hal
ini menujukan pergaulan yang baik di antara keduanya. Keduanya paham mengenai
hak dan kewajiban masing-masing sehingga tenanglah kehidupan rumah tangga
beliau.
TAWAKKAL DAN SABAR. Inilah yang
dilakukan Khadijah sebagai seorang istri yang suaminya pada saat itu manjadi
bulan-bulanan penghinaan masyarakat Quraisy. Tawakal dan bersabar mengahadapi
semuanya telah memberikan energi positif bukan hanya bagi Khadijah, tetapi juga
terhadap Rasulullah sehingga ia kuat menghadapi semuanya.
Khadijah adalah perempuan agung. Dengan
segala kelebihan yang dimilikinya, ia mampu membuat Rasulullah begitu
mencintainya. Bahkan ketika Khadijah telah tiada pun Rasulullah masih sering
mengingatnya. Pernah suatu waktu Rasulullah berkata kepada Aisyah, “Allah tidak
memberiku pengganti yang lebih baik daripada dia.
”Cinta sejati dan kesetiaan mencintai
diukur setelah perkawinan, bahkan lebih terbukti setelah kepergian yang
dicintai.
Kendati Nabi Muhammad saw. Sangat
mencintai Aisyah ra., namun cinta beliau kepada Siti Khadijah ra. pada
hakekatnya melebihi cintanya beliau kepada Aisyah ra., bahkan cinta itu
melebihi semua cinta yang dikenal umat manusia terhadap lawan jenisnya.
Sementara hikayat tentang cinta, seperti Romeo dan Juliet, Lailah dan Majnun,
tidak teruji melalui kehidupan bersama mereka sebagai suami istri. Karena itu, sekali
lagi dikatakan bahwa cinta Rasulullah saw. Kepada Khadijah ra. Adalah puncak
cinta yang diperankan oleh seorang laki-laki kepada perempuan dan sebaliknya.
Sangat besar rasa cinta Rasulullah
kepada Khadijah, sampai-sampai Aisyah mengatakan dalam Shahih Bukhari dan
Shahih Muslim, “Tidak pernah aku merasa cemburu kepada seorang pun dari
istri-istri Rasulullah seperti kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku
tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah seringkali menyebut-nyebutnya. Jika
ia memotong seekor kambing, ia potong-potong dagingnya, dan mengirimkannya
kepada sahabat-sahabat Khadijah.
Maka aku pun berkata kepadanya,
“Sepertinya tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah…!”
Maka berkatalah Rasulullah, “Ya,
begitulah ia, dan darinyalah aku mendapatkan anak.”
Dalam suatu riwayat dikisahkan, suatu
saat Aisyah merasa cemburu, lalu berkata, “Bukankah ia (Khadijah) hanya seorang
wanita tua dan Allah telah memberi gantinya untukmu yang lebih baik darinya?
(maksud Aisyah yang menggatikan Khadijah adalah dirinya). Maka Belaiu pun marah
sampai berguncang rambut depannya. Lalu Beliau bersabda, “Demi Allah! Ia tidak
memberikan ganti untukku yang lebih baik darinya. Khadijah telah beriman
kepadaku ketika orang-orang masih kufur, ia membenarkanku ketika orang-orang
mendustakanku, ia memberikan hartanya kepadaku ketika manusia lain tidak mau
memberiku, dan Allah memberikan kepadu anak darinya dan tidak memberiku anak
dari yang lain.” Maka aku berkata dalam hati,” Demi Allah, aku tidak akan lagi
menyebut Khadijah dengan sesuatu yang buruk selama-lamanya.”
Ketika Aisyah ingin menampakkan
kelebihannya atas Khadijah, ia berkata kepada Fatimah ra., putri Nabi dari
Khadijah ra.: “Aku gadis ketika dinikahi ayahmu sedang ibumu adalah janda
ketika dinikahi ayahmu.” Rasul saw. Yang mendengar ucapan ini dari putrinya
yang mengeluh bersabda: “Sampaikanlah kepadanya ‘Ibuku (maksudnya Khadijah ra)
lebih hebat dari engkau, beliau menikahi ayahku yang jejaka, sedang engkau
menikahinya saat beliau duda.”
Disamping itu Rasulullah tidak memadu
Khadijah dengan wanita lain, sedang semua istri selainnya dimadu.
Teman-teman Khadiijah pun masih diingat
oleh Rasul dan berpesan kepada putri-putri beliau agar terus menjalin hubungan
kasih dengan mengirimkan hadiah-walau sederhana- kepada mereka.
Ketika Fath Makkah, yakni hari
keberhasilan rasul saw memasuki kota Mekkah bersama kaum Muslim, beliau
berkunjung ke lokasi rumah Khadijah ra., karena rumah itu sendiri telah tiada.
Beliau juga-pada hari itu- menyendiri, di tengah kesibukan bersama pasukan kaum
Muslim, dengan seorang wanita tua sambil bercakap-cakap dengan wajah
berseri-seri. Aisyah ra yang melihat hal tersebut bertanya:”Siapa orang itu dan
apa yang dibicarakannya?” Ternyata wanita tua itu sobat karib Khadijah ra dan
pembicaraan Nabi saw dengannya berkisar pada kenangan manis masa lalu.
Gerak langkah suara dan ketukan pintu
yang biasa dilakukan Khadijah ra pun terus segar dalam benak dan pikiran
beliau. Suatu ketika beliau mendengar ketukan dan suara serupa. Beliau
berkomentar:”Ini cara ketukan Khadijah. Saya duga yang dating adalah Hala (
saudara perempuan Khadijah ra.) dan ternyata dugaan beliau benar.”
Demikianlah keagungan cinta Rasulullah
swa. kepada Khadijah ra. Yang akan tetap terukir indah sepajang zaman.
0 komentar:
Posting Komentar