Minggu, 29 Juli 2012 | By: Unknown

Diary Seorang Suami yang berisi Teguran Halus Kepada Istrinya


Istriku tercinta, aku menulis catatan ini sebagai bukti cintaku kepadamu dan keridhaanku menerimamu sebagai istri, aku telah menyerahkan hidupku untukmu. Dalam hatiku berkata, inilah wanita yang bisa menjadi ibu anak-anakku dan cocok menjadi istriku. Inilah mawaddah dan sakinah, inilah raihanah rumahku. Aku bimbing tanganmu bersama-sama mengarungi samudera dengan bahtera rumah tangga, menuju ke pantai yang penuh kedamaian di sisi Ar-Rabb Ar-Rahman. 
Akan tetapi tiba-tiba datang topan badai menghalangi jalan kita, angin bertiup kencang. Kalau kita berdua tidak segera sadar niscaya kita akan kehilangan kendali bahtera dan kita akan tersesat arah. Aku berkata dalam hati: Tidak! Aku tidak akan membiarkan bahtera ini karam. Maka aku pegang erat penaku dan aku buka lembaran kertasku. Lalu aku tulis teguran halus ini dari seorang kekasih kepada kekasihnya.
  • Istriku tercinta, tidakkah engaku ingat pada awal pernikahan kita dahulu engkau adalah lambang kecantikan, kemudian aku tidak mengerti mengapa penampilanmu sampai pada taraf demikian parah, awut-awutan dan tak enak dilihat. Apakah engkau lupa bahwa termasuk salah satu sifat wanita shalihah adalah apabila suaminya memandang kepadanya niscaya akan membuatnya senang.
  • Sayangku, tidakkah engkau ingat, berulang kali engkau mengungkit-ungkit jasamu kepadaku, menyebut-nyebut kewajiban-kewajiban rumah tangga yang telah engaku lakukan untukku, pelayanan yang telah engkau berikan kepada tamu-tamuku dan dalam melayani kebutuhanku, apakah engakau lupa firman Allah subhanu wa ta’ala:
…يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)”. (QS. Al-Baqarah: 264).
  • Tidakkah engkau ingat duhai kekasihku, berapa kali kita telah saling berjanji pada saat-saat pernikahan bahwa kita akan saling bahu-membahu dalam ketaatan, mengemban dakwah kepada agama Allah, berikrar bahwa kita akan fokus kepada masalah ummat Islam dan medidik anak-anak kita dengan pendidikan Islami, tetapi realitanya kita sibuk mengikuti cerita-cerita, kisah-kisah, pernak-pernik, dan mengejar harta darimanapun sumbernya.
  • Sayangku, tidakkah engkau ingat seringnya engkau menggerutu, tidak qana’ah (puas) menerima rezeki yang telah Allah berikan kepada kita. Haruskah aku menjalani usaha yang haram demi mewujudkan keinginanmu? Apakah engkau sudah lupa kisah wanita yang berkata kepada suaminya:”Bertakwalah engkau kepada Allah dalam memperlakukan kami, sungguh kami bisa sabar menahan lapar namun kami tidak akan sabar menanggung panasnya api naar”.
  • Ingatkah dirimu, betapa sering aku bangun dari tidurku dibagian akhir malam, ternyata aku dapati engkau sedang asyik menonton film dan musik. Bukankah lebih baik engkau berdzikir mengingat Allah dan mengerjakan shalat malam dua rakat sementara manusia sedang lelap tertidur di kegelapan kubur. Atau minimal engkau segera berangkat tidur agar tidak terluput shalat fajar.
  • Sayangku, ingatkah dirimu ketika engku keluar dari rumah tanpa seizinku untuk mengunjungi keluargamu dan ketika engkau masukkan temanmu si Fulanah ke dalam rumahku, padahal aku telah melarangmu memasukkannya ke dalam rumah!Lupakah dirimu bahwa itu merupakan hakku!
  • Kekasihku, ingatkah dirimu ketika keluargaku datang mengunjungiku, demikian pula teman-temanku, namun aku lihat engkau menampilkan wajah muram, berat langkah kakimu dan bermuka masam.
Memang, engkau telah menghidangkan kepada mereka makanan yang lezat dan mengundang selera, akan tetapi semua itu tiada artinya karena muka masammu itu! Bukankah engakau mengetahui sebuah pepatah:”Temuilah aku tetapi jangan beri aku makan!”
Sayangku, aku senantiasa mengatakan kepadamu dengan sepenuh hatiku bahwa aku mencintaimu.
Aku berharap kita bersama-sama dapat meraih ridha Ar-Rahman.
Barangkali aku juga banyak  melakukan kesalahan dan mengabaikan hakmu. Dan barangkali aku tidak menyadari kekuranganku dalam melaksanakan kewajiban terhadapmu dan dalam menjaga perasaanmu.
Aku mohon kepadamu agar membalas risalah ini, silahkan ungkapkan apa yang terbetik dalam benakmu. Bukankah tujuan kita berdua adalah satu. Kita telah menumpang bahtera yang satu dan tujuan kita juga satu. Tujuan kita adalah selalu bersama-sama di dunia dan di akhirat di jannah ‘And. Jangan engkau biarkan angin badai menghantam kita sehingga membuat kita tersesat jalan.
Sumber: Agar Suami Cemburu Padamu, Dr. Najla’ As-Sayyid Nayil, Pustaka At-Tibyan (hal:44-47)

0 komentar:

Posting Komentar