Jumat, 03 Agustus 2012 | By: Unknown

Mewaspadai Berita di Media Massa


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍۢ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍۢ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. ” [Al Hujuraat 6]
Demikianlah firman Allah agar kita mewaspadari berita dari orang-orang yang fasik.


Asbabun Nuzul ayat di atas adalah saat Walid bin Uqbah diutus Nabi untuk mengambil zakat dari kaum Harits namun tidak berangkat karena khawatir dibunuh oleh Harits. Akhirnya dia membuat laporan palsu bahwa Harits dan kaumnya ingin membunuhnya.
Untungnya Nabi tidak mempercayai berita itu begitu saja. Dikirim utusan yang lain dan ternyata Harits tidak ingin membunuh Walid. Bahkan menunggu Walid agar bisa membayar zakat. Jika orang tidak cek dan ricek berita tersebut, tentu akan timbul perang bukan? Hadits lengkapnya ada di bawah.
Malcolm X, tokoh Islam Amerika Serikat yang berubah nama jadi Malik Al Shabazz juga menyatakan “If you’re not careful, the newspapers will have you hating the people who are being oppressed, and loving the people who are doing the oppressing.”
Artinya “Jika engkau tidak hati-hati, koran-koran akan membuat engkau membenci orang yang sedang ditindas, dan mencintai orang-orang yang sedang menindas.”
Nah agar terhindar dari berita-berita orang-orang yang fasik atau membenci Islam, ummat Islam mau tidak mau harus membuat media massa sendiri. Jika tidak, kasihan ummat akan menerima berita dari orang-orang fasik dan kafir yang benci pada Islam. Jangan sampai ummat Islam diadu-domba oleh orang-orang kafir dan orang-orang yang mereka danai dengan media mereka yang sekuler dan anti Islam.
“Siapa yang menguasai informasi, dialah yang menguasai dunia!”
Itulah jargon saat ini yang diakui kebenarannya. Artinya selain menguasai sumber informasi dengan intelijen yang kuat, kita juga harus menguasai cara mengedarkan informasi seluas-luasnya kepada banyak orang guna membentuk opini publik. Tak heran jika AS sebagai negara Adi Kuasa selain punya badan intelijen CIA berikut jaringan anteknya, juga membentuk berbagai media seperti CNN, New York Time, Washington Post, dan sebagainya yang bisa membuat ummat Islam yang dibantai bangsa Israel sebagai teroris, dan Bangsa Israel sebagai pahlawan dengan pemberitaannya.
Orang-orang kafir menginfakkan trilyunan rupiah untuk membangun media. Masak ummat Islam enggan untuk berinfak di jalan Allah?
Sebagian ummat Islam beranggapan membuat TV sangat mahal dan sebagainya. Padahal masalahnya hanya izin. Ada pun peralatan, dengan modal Rp 50 juta pun sudah bisa jalan TV Komunitas dengan jangkauan 1 juta pemirsa. Yang penting operatornya tidak cari makan dari situ atau sekedar digaji seadanya. Mereka di situ hanya berdakwah dan berjihad demi Allah.
Silahkan baca juga:
Imam Ahmad dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang Jayyid melalui Harits bin Dharar Al Khuza’i yang telah menceritakan, “Aku datang menghadap kepada Rasulullah saw. lalu beliau mengajakku masuk Islam, lalu aku menyatakan diri masuk Islam di hadapannya. Dan beliau menyeruku untuk mengeluarkan zakat, maka aku berikrar kepadanya akan mengeluarkan zakat, lalu aku berkata, ‘Wahai Rasulullah! Bolehkah aku kembali kepada kaumku, aku akan ajak mereka masuk Islam dan menunaikan zakat. Maka barang siapa yang memperkenankan hal itu aku akan mengumpulkan harta zakatnya, lalu engkau mengirimkan utusanmu kepadaku dalam jangka waktu yang cukup supaya orang tersebut dapat membawa semua harta zakat yang telah aku kumpulkan kepadamu.’” Setelah Harits berhasil mengumpulkan harta zakat kaumnya, waktu yang telah dijanjikan telah tiba, ternyata Rasulullah saw tidak mengirimkan utusannya. Setelah ditunggu-tunggu ternyata tidak juga muncul, maka Harits menduga bahwa Rasulullah saw. marah terhadap dirinya; lalu ia mengumpulkan semua orang-orang kaya kaumnya, dan berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Rasulullah saw. dulu telah menentukan waktu untuk mengirimkan utusan kepadaku supaya mengambil zakat yang berhasil aku kumpulkan ini. Aku yakin bahwa Rasulullah tidak akan menyalahi janjinya, menurut dugaanku tiada yang menghalangi beliau untuk datang kepadaku melainkan beliau marah kepadaku. Maka sekarang marilah kita berangkat untuk menyerahkannya langsung kepada Rasulullah saw.” Pada saat bersamaan Rasulullah saw. mengirim Walid bin Uqbah untuk mengambil harta zakat yang ada pada Harits. Hanya saja ketika Walid sampai di tengah jalan, ia kembali lagi menghadap Rasulullah saw. dan melapor, “Sesungguhnya Harits menolak untuk membayarkan zakatnya kepadaku, bahkan dia hampir saja membunuhku.” Maka Rasulullah saw. kembali membentuk utusannya yang baru untuk dikirimkan kepada Harits. Tetapi ketika para utusan itu baru keluar dari Rasulullah, tiba-tiba datanglah Harits bersama dengan teman-temannya dan berpapasan dengan para utusan itu. Lalu Harits bertanya kepada mereka, “Hendak ke manakah kalian diutus?” Mereka menjawab, “Kami diutus untuk menemuimu.” Harits kembali bertanya, “Mengapa?” Mereka berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw. telah mengutus kepadamu Walid bin Uqbah, lalu ia melaporkan bahwa kamu tidak mau membayar zakat kepadanya dan bahkan kamu hendak membunuhnya.” Harits berkata, “Tidak, demi Allah yang telah mengutus Muhammad dengan membawa perkara yang hak, aku tidak pernah melihatnya dan belum pernah pula aku kedatangan dia.” Ketika Harits datang menghadap Rasulullah saw. lalu Rasulullah saw. berkata kepadanya, “Kamu tidak mau membayar zakat, dan bahkan kamu bermaksud untuk membunuh utusanku.” Harits menjawab, “Tidak, demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan membawa perkara yang hak.” Maka ketika itu juga turunlah firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita…” (Q.S. Al Hujurat, 6) sampai dengan firman-Nya, “Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al Hujurat, 8)Rijal (para perawi) hadis ini semuanya terdiri dari orang-orang yang tsiqah (dapat dipercaya). Imam Thabrani telah mengetengahkan pula hadis yang serupa melalui hadis Jabir bin Abdullah, Alqamah bin Najiyah dan Umu Salamah. Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis serupa melalui jalur Al Aufi yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a.
Referensi:

0 komentar:

Posting Komentar